Kamis, 21 November 2013

Memahami Unsur Intrinsik Novel

Leave a Comment

Novel adalah sebuah karya sastra yang sangat diminati oleh semua kalangan. terutama pada kalangan remaja. tapi pernakah terpikirkan apa saja unsur yang dapat membangun cerita dari dalam? Nah, di dalam pelajaran Bahasa Indonesia telah dipelajari unsur-unsur yang dapat membangun cerita dari dalam (disebut Unsur Intrinsik). jadi bagi kalian yang masih bingung dan belum tau, bisa simak artikel yang satu ini. :)

Unsur Intrinsik adalah hal-hal yang menjadi pembangun karya sastra novel dari dalam. Unsur intrinsik dalam novel terdiri atas tema, amanat, alur, latar, penokohan, dan sudut pandang

1.) Tema

Tema adalah pokok masalah yang terdapat dalam suatu cerita. Tema sangat wajib untuk menjelaskan pokok masalah dalam novel tersebut, sehingga bisa ditarik sebuah alur dan pandangan yang diinginkan pengarang.

2.) Latar (setting)

Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam cerita.

3.) Alur (plot)

Alur merupakan jalan cerita atau urutan peristiwa dalam sebuah cerita. hal ini didukung oleh penambahan konlik, agar ceritanya lebih komplit. 

4.) Penokohan

Penokohan atau perwatakan dalam sebuah cerita sangatlah penting. keberadaan tokoh sangat mutlak. Penokohan adalah gambaran tentang tokoh-tokoh dalam cerita, baik keadaan lahirnya maupun keadaan batinnya. 

Ada beberapa perwatakan tokoh, yaitu:
a)      Protagonis

Protagonis adalah tokoh utama dalam cerita. Umumnya bersifat baik yang dapat menarik simpati pembaca

b)     Antagonis

Antagonis adalah tokoh yang merupakan lawan/saingan/musuh dari tokoh utama. Umumnya bersifat jahat.

c)      Tritagonis

Tritagonis adalah tokoh ketiga yang menjadi penengah anatara protagonis dan antagonis. Tritagonis tidak memihak pada siapa pun.

d)     Figuran

Figuran merupakan tokoh pelengkap dalam cerita. Biasanya peran dalam cerita tersebut tidak terlalu penting

5.) Amanat

            Amanat adalah hal yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, yang berkaitann dengan tema. Amanat juga disebut hikmah dari cerita. Amanat bias berupa ajakan, nasihat, atau larangan yang bernilai positif.

6.) Sudut pandang (Point Of View)

Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita. 

1.      Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal.

Pengarang  sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku’.
 
a)      “Aku” sebagai tokoh utama.

Pengarang adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita.

b)      “Aku” sebagai tokoh bukan utama.

Pengarang  adalah “aku ” dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan “aku” hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. “Aku” adalah narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama.

2.      Sudut Pandang Orang Pertama Jamak

Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan kata ganti “kami”. Narator menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang.

3.      Sudut Pandang Orang Kedua

Pengarang adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau” atau “anda”.

4.      Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal.

Pengarang ada di luar cerita tak terlibat dalam cerita. Pengarang juga menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya atau kata ganti “dia”.

a)          Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu.

Pengarang seperti Tuhan dalam karyanya, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, termasuk motif Pengarang juga bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain. Bahkan bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan para tokohnya.

b)         Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas.

Pengarang melukiskan segala apa yang dialami tokoh hanya terbatas pada satu orang atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Pengarang tak leluasa berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh saja.

c)          Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif

Narator melukiskan semua tindakan tokoh dalam cerita namun tak  mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh cerita. Pengarang hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh ceritanya. 

5.      Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak

Pengarang menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kacamata kolektif. Pengarang akan menyebut para tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; “mereka”.

6.      Sudut Pandang Campuran

Pengarang menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia”.

0 komentar: