Kamis, 21 November 2013

2 Puisi dari I Gusti Ngurah Putu Wijaya

Leave a Comment
Kali ini saya ingin berbagi puisi yang di ciptakan oleh sastrawan asal Bali. Bagi yang belum kenal, saya akan menceritakan sedikit tentang Beliau.

Lahir di Puri Anom Tabanan, Bali, 69 tahun silam, I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang lebih dikenal dengan nama Putu Wijaya merupakan seorang sastrawan yang serba bisa. Betapa tidak, mulai dari cerpen, esai, novel, drama bahkan sinetron hingga skenario film pun pernah Beliau garap. Sempat juga menjadi wartawan dan redaktur majalah. Yap langsung saja, berikut 2 Puisi dari Bapak Putu Wijaya.

Lagu Cinta

Kulihat malam begitu dalam
Dan angin berdesah bimbang
Aku pun tertegun sebelum melangkah
Masihkah kau simpan perasaan sayang
yang dahsyat dalam diriku

Kudengar senandung lamat-lamat
Begitu akrab dan kukenal
Seakan melempar ke masa silam
Ketika kita bertemu di ujung jalan
Saling membaca perasaan masing-masing
Dan setuju untuk sama-sama berjuang

Haruskah cinta berakhir sedih
Karena kita tak memilih

Tidak, kulihat nyala api masih mambakar
Ketika kita terlena dan tubuh mengucap
Betapa dalam perasaan bertaut
Bahkan semakin bersatu ketika jalan tertutup

Dan akupun bertambah yakin
Tak ada yang mampu membunuh yang bertekad

Kulompati pagar dan menyelinap masuk
Berdiri didepan pintu memanggil namamu
Mengucap salam dan sebuah janji
Berikan aku kesempatan menyayangi

Kita telah bergetar disini
Tidak pernah berubah hanya lebih dewasa
Tinggal kamu siap membuka pintu

Tiba saatnya untuk berhenti ragu

Raksasa

Di dalam mimpiku ada raksasa
Taringnya sebesar pohon kelapa
Kepalanya gundul sekeras baja
Dari Mulutnya menyembur kata-kata jahat

Hai anak kecil kamu tak usah rajin
Buang buku ayo main di jalanan
Jangan dengar kata orang tua
Ikut ogut berpesta pora

Tetapi aku bukan anak ingusan
Tubuhku masih kecil tapi hatiku besar
Ibu sudah melatihku jadi kuat
Dan papaku tak senang aku bodoh

Guruku di sekolah selalu bilang
Hati-hati dengan orang jahat
Mulutnya manis tetapi akibatnya berat
Raksasa itu marah dan merengut

Karena aku tak  sudi tekuk lutut
Dari mulutnya keluar api panas
Tangannya mau mencekik ganas
Hai anak berani,katanya marah

Kalau Kau bandel awas kumamah
Lau Menganga taringnya berkilat
Lalu Melompat mau menyikat
Aku tenang tapi waspada

Tidak Teriak takut pun bukan
Sambil berdoa aku bertindak
Keluarkan raportku serentak
Angka delapan,Sembilan, dan sepuluh
Meloncat melilit raksasa

Dalam sekejap mata ia menyerang
Ampun,jerit raksasa ketakutan
jangan ikat aku dengan angka
Aku berjanji tak lagi nakal

Mengganggu anak yang rajin belajar
Dalam tidurku muncul raksasa
Tetapi ia sudah kapok
Sekarang setia menjaga tidurku
Sambil belajar membaca



Sekian entry kali ini, semoga bermanfaat. Oh iya kalau berkenan, jangan lupa share ya :)

0 komentar: